Renungku pada awan, tembus pada hati.
Renungku pada bintang, tembus pada hati.
Renungku pada bulan, tembus pada hati.
Renungku pada mata hati, tembus pada matahari.
Silau,
Kilau,
Mencari cahaya yang semakin kelam.
Mencari sinar yang semakin karam.
Kosong,
Sesat dalam jutaan.
Cari jalan kanan.
Terarah ke jalan kiri.
Friday, 9 December 2011
Wednesday, 17 August 2011
11. Vita
Hidup umpama kita selam laut dalam-dalam,
kita jengah kehidupan bersama ikan-ikan,
biar ombak kuat-kuat menentang,
kita tetap renangi dengan senyuman.
kita jengah kehidupan bersama ikan-ikan,
biar ombak kuat-kuat menentang,
kita tetap renangi dengan senyuman.
Monday, 15 August 2011
10. Air Mata
Air itu mengalir tidak lesu,
Alirannya kuat, penuh emosi dan berisi,
Tak usah kau tegar berani hulur jari,
Tak usah kau sapu penuh simpati,
Air mata ini beruratkan dawai,
Boleh jadi bertulangkan besi,
Aliran ia tidak beri makna aku tunduk,
Boleh jadi alirannya kuat berhati-hati.
Alirannya kuat, penuh emosi dan berisi,
Tak usah kau tegar berani hulur jari,
Tak usah kau sapu penuh simpati,
Air mata ini beruratkan dawai,
Boleh jadi bertulangkan besi,
Aliran ia tidak beri makna aku tunduk,
Boleh jadi alirannya kuat berhati-hati.
Thursday, 11 August 2011
09. Teriak
Teriakku pada bulan,
Kembalikan senyumanmu,
Teriakku pada bintang,
kembalikan tawamu,
Teriakku pada awan,
kembalikan sendamu,
teriakku pada pelangi,
kembalikan warna warni hidupku.
Kembalikan senyumanmu,
Teriakku pada bintang,
kembalikan tawamu,
Teriakku pada awan,
kembalikan sendamu,
teriakku pada pelangi,
kembalikan warna warni hidupku.
Saturday, 16 July 2011
08. Yatim
mata hitam cerlung simpati,
kulit kusam seribu erti,
dia yatim bukan pintaan hati,
itu terzahir sejak azali.
kulit kusam seribu erti,
dia yatim bukan pintaan hati,
itu terzahir sejak azali.
Friday, 15 July 2011
07. Wanita
figura itu dipijak lumat,
tiap geri langsung tidak bererti,
jika lemah, tiada peluang diseru kuat,
angkuhan mata memandang rendah,
tindas itu tertanam mati-mati,
hey,
wanita itu ciptaan indah,
itu juga syurga dunia.
tiap geri langsung tidak bererti,
jika lemah, tiada peluang diseru kuat,
angkuhan mata memandang rendah,
tindas itu tertanam mati-mati,
hey,
wanita itu ciptaan indah,
itu juga syurga dunia.
Wednesday, 13 July 2011
06. Hormat
Ingin sekali ku kait rindu,
buat peneman di kala sendu,
ingin sekali ku kait cinta,
buat peneman di kala lara,
ingin sekali ku kait sayang,
buat peneman di kala marah.
Sayang,
hidup bukan sekadar rindu,
bukan sekadar cinta,
bukan sekadar sayang,
hiduplah nyawa kerna hormat,
dari mula sampai akhirnya.
buat peneman di kala sendu,
ingin sekali ku kait cinta,
buat peneman di kala lara,
ingin sekali ku kait sayang,
buat peneman di kala marah.
Sayang,
hidup bukan sekadar rindu,
bukan sekadar cinta,
bukan sekadar sayang,
hiduplah nyawa kerna hormat,
dari mula sampai akhirnya.
Tuesday, 12 July 2011
05. Rindu
renunglah hati dalam-dalam,
percikkan degup itu kuat-kuat,
teriaklah sayang,
indah itu datang kerna rindu-rinduan.
percikkan degup itu kuat-kuat,
teriaklah sayang,
indah itu datang kerna rindu-rinduan.
Monday, 11 July 2011
04. Kenangan
ku tatap pasir dengan kelat,
ku kuis pasir dengan ranting,
ku ukir nama kita dengan senyuman,
ku renung ukiran dengan kelam,
ku padam nama kita dengan suram.
Ternyata, ia hanya kenangan silam.
ku kuis pasir dengan ranting,
ku ukir nama kita dengan senyuman,
ku renung ukiran dengan kelam,
ku padam nama kita dengan suram.
Ternyata, ia hanya kenangan silam.
03. Getaran
tidak tahu mana getaran,
datang sapa tanpa diundang
mana bisa kau kata itu cinta,
jika percaya itu jatuh pada rusuk akhir pada hati.
datang sapa tanpa diundang
mana bisa kau kata itu cinta,
jika percaya itu jatuh pada rusuk akhir pada hati.
02. Cemburu
saat terlihatkan itu,
hati tersiat cabar,
emosi sedikit tercuit,
aku cemburu beralasan,
dan aku cemburu kerna satu,
saat itu jua,
aku terus mara,
toleh ke belakang itu bukan sahabat,
aku genggam erat,
aku nyalakan api emosi,
manusia itu penuh segala,
dan aku coba memenuhinya.
hati tersiat cabar,
emosi sedikit tercuit,
aku cemburu beralasan,
dan aku cemburu kerna satu,
saat itu jua,
aku terus mara,
toleh ke belakang itu bukan sahabat,
aku genggam erat,
aku nyalakan api emosi,
manusia itu penuh segala,
dan aku coba memenuhinya.
01. Seni
teriak-teriakan itu merimaskan,
hampir lelah dan jatuh,
ada hembusan kata cinta,
dan aku terus percaya,
seni itu bukan sampah.
Maka, lahirlah benih hati buat jiwa.
hampir lelah dan jatuh,
ada hembusan kata cinta,
dan aku terus percaya,
seni itu bukan sampah.
Maka, lahirlah benih hati buat jiwa.
Subscribe to:
Posts (Atom)